Detail

Tingkat Anemia di Indonesia, Apakah Berbahaya?

Anemia adalah masalah kesehatan darah yang terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah atau sel darah merah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Beberapa jenis anemia bersifat keturunan, tetapi seseorang juga dapat menderita kurang darah karena faktor pemicu lainnya, seperti kekurangan nutrisi hingga paparan zat kimia berbahaya.1

Anemia dapat mempengaruhi kehidupan penderitanya. Pasalnya, anemia memiliki beberapa gejala yang bisa mengganggu kendati ada juga pasien yang hanya mengalami gejala ringan dan membaik dengan pengobatan. Di beberapa kasus, jenis anemia yang dialami bisa sangat serius dan mengancam nyawa sehingga mendiagnosa anemia sejak awal gejala perlu dilakukan.1

Satu hal yang menarik adalah anemia disebut umum terjadi salah satunya di negara maju seperti Amerika Serikat, yang diperkirakan 3 juta penduduknya mengalami kurang darah.1 Namun, Amerika bukan merupakan negara dengan jumlah penderita anemia terbanyak di dunia. Menurut WHO, Asia Tenggara adalah yang paling terdampak anemia, dengan 244 juta wanita serta 83 juta anak-anak menderita penyakit tersebut.2 Bagaimana dengan anemia di Indonesia? Temukan jawabannya di sini.

Penyebab Anemia

Anemia didiagnosis berdasarkan konsentrasi hemoglobin darah yang berada di bawah ambang batas tertentu yang ditetapkan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan status fisiologis. Anemia dianggap sebagai gejala dari kondisi yang mendasarinya.2

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor: kekurangan nutrisi, diet atau penyerapan nutrisi yang tidak memadai, infeksi, kondisi ginekologi dan obstetri, peradangan, dan juga kelainan sel darah merah yang diturunkan.2

  1. Kekurangan zat besi
    zat besi terutama karena asupan gizi makanan yang tidak memadai dianggap sebagai yang paling umum menyebabkan anemia. Kekurangan vitamin A, folat, vitamin B12, dan riboflavin juga dapat menyebabkan anemia karena peran khusus zat tersebut dalam produksi hemoglobin dan/atau produksi eritrosit.

    Mekanisme tambahan termasuk kehilangan kehilangan darah dari infeksi parasit, perdarahan yang terkait dengan persalinan, atau kehilangan darah menstruasi, penyerapan nutrisi yang terganggu, cadangan zat besi yang rendah saat lahir, dan interaksi nutrisi yang mempengaruhi ketersediaan zat besi.2
  2. Infeksi penyakit2
    Infeksi dapat menjadi penyebab anemia, seperti malaria, tuberkulosis, HIV, dan infeksi parasit. Infeksi dapat mengganggu penyerapan dan metabolisme nutrisi atau kehilangan nutrisi. Banyak kondisi kronis yang dapat menyebabkan anemia. Contohnya HIV menyebabkan anemia melalui berbagai mekanisme termasuk produksi yang tidak efektif atau penghancuran berlebihan sel darah merah, kehilangan darah, dan efek samping dari pengobatan.
  3. Perdarahan2
    Kehilangan darah menstruasi yang konsisten, ekspansi volume darah maternal selama kehamilan, dan kehilangan darah selama dan setelah persalinan, terutama dalam kasus perdarahan pascapersalinan, sering kali menyebabkan anemia.
  4. Faktor keturunan2
    Di beberapa wilayah di dunia, kelainan sel darah merah yang diturunkan merupakan penyebab umum anemia. Ini termasuk kondisi seperti α- dan β-thalasemia akibat kelainan sintesis hemoglobin, gangguan sel sabit akibat perubahan dalam struktur hemoglobin, hemoglobinopati lainnya akibat varian gen hemoglobin, kelainan enzim sel darah merah, atau kelainan membran sel darah merah.

Gejala Anemia

Merasa terlalu lelah untuk mengerjakan aktivitas sehari-hari adalah gejala anemia yang paling umum terlihat. Gejala lainnya mungkin termasuk:1

  • Nyeri dada.
  • Pusing.
  • Sering mengalami infeksi.
  • Palpitasi jantung.
  • Sakit kepala.
  • Warna kulit yang lebih pucat dari biasanya.
  • Tinnitus pulsatil.
  • Sesak nafas (dispnea).

Dalam kasus yang parah, anemia menyebabkan gejala yang lebih serius termasuk:2

  • Selaput lendir yang pucat (mulut, hidung, dan sebagainya)
  • Kulit dan di bawah kuku menjadi pucat
  • Pernapasan dan detak jantung lebih cepat
  • Pusing saat berdiri
  • Lebih mudah memar

Anemia di Indonesia

Lebih dari separuh kasus anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang berkontribusi pada angka kematian ibu dan anak, perkembangan kognitif anak, dan produktivitas kerja. Bayi, remaja, dan wanita hamil khususnya rentan terhadap anemia.3

Indonesia adalah negara berpendapatan menengah rendah dengan prevalensi anemia yang tinggi, mencapai 48,9% pada wanita hamil dan 38,5% pada anak di bawah 5 tahun. Prevalensi anemia di Indonesia bahkan lebih tinggi di antara remaja usia 12-18 tahun, terutama di daerah pedesaan. Pendapatan rendah dan tingkat pendidikan juga tampaknya berkontribusi terhadap kekurangan zat besi.3

Sebagai upaya mengatasi kondisi anemia ini, pemerintah menyediakan pil zat besi yang bertujuan untuk mencegah anemia pada wanita muda dan wanita hamil. Namun, faktor pemicu anemia di Indonesia sangat beragam dan bukan hanya terbatas pada anemia kekurangan zat besi. Selain itu, di Indonesia juga ada banyak hal yang membuat kelompok rentan anemia kesulitan mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi3 sebagai nutrisi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah.1

Mencegah Anemia

Mengingat angka anemia di Indonesia tergolong tinggi, maka perlu dilakukan langkah pencegahan supaya penyakit kurang darah bisa diminimalkan. Beberapa hal yang dapat dicoba untuk mencegah anemia adalah:

  1. Menjaga pola makan yang sehat dan bervariasi1,2
    • Mengonsumsi makanan kaya zat besi, seperti daging merah tanpa lemak, ikan dan unggas, kacang-kacangan, sereal yang difortifikasi, dan sayuran hijau tua;
    • Mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C seperti buah-buahan dan sayuran yang membantu tubuh menyerap zat besi; dan
    • Menghindari makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi saat mengonsumsi makanan kaya zat besi, seperti dedak di sereal (tepung gandum utuh, oat), teh, kopi, kakao, dan kalsium.
  2. Apabila diperlukan, kamu bisa mengkonsumsi suplemen zat besi, konsumsilah pada waktu yang berbeda dalam sehari.2
  3. Beberapa infeksi dapat menyebabkan anemia. Cucilah tangan dengan sabun dan air serta gunakan toilet yang bersih untuk mengurangi risiko infeksi.2
  4. Malaria dapat menyebabkan anemia. Orang yang tinggal di daerah rentan malaria sebaiknya mengikuti saran pencegahan dari otoritas kesehatan setempat. Segera hubungi dokter jika ada kecurigaan menderita malaria.2
  5. Wanita dengan perdarahan menstruasi berat sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan. Dokter mungkin merekomendasikan suplemen zat besi atau kontrasepsi hormonal agar perdarahan lebih terkendali.2

Anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah atau sel darah merah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Beberapa orang lahir dengan anemia bawaan, namun sebagian besar orang mengidapnya seiring waktu. Itulah mengapa penting untuk memperhatikan perubahan dalam tubuh. Jika tubuh merasa lelah bahkan setelah banyak istirahat, segera hubungi dokter.1

Artikel ini ditinjau oleh:
Team Medical Combiphar

Referensi:

  1. Cleveland Clinic. Anemia. Available at https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/3929-anemia. Retrieved July 17, 2024.
  2. WHO. Anemia. Available at https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/anaemia#:~:text=The%20WHO%20Regions%20of%20Africa,affected%20in%20South%2DEast%20Asia. Retrieved July 17, 2024.
  3. World Nutri Journal. Known facts: iron deficiency in Indonesia. Available at https://worldnutrijournal.org/OJS/index.php/WNJ/article/view/266#:~:text=Indonesia%20is%20a%20low%20middle,also%20contribute%20to%20iron%20deficiency. Retrieved July 17, 2024.
Share Pemenuhan Kebutuhan Zat Besi