Faktor Risiko Anemia, Siapa yang Berisiko Tinggi Mengalaminya?
Di dalam sel darah merah, terdapat protein yang disebut dengan hemoglobin. Fungsinya adalah membawa oksigen dari paru-paru ke semua organ dalam tubuh. Ketika jumlah hemoglobin dalam darah lebih sedikit dari yang seharusnya, seseorang akan mengalami gangguan kesehatan yang dikenal dengan nama anemia. Penyakit anemia umumnya memberikan beberapa gejala termasuk kelelahan, mudah lelah, dan sesak napas.1 Biasanya, anemia lebih banyak dialami oleh wanita, anak-anak dan orang yang menderita penyakit dalam waktu lama.2
Anemia ada banyak jenisnya dimana masing-masing memiliki penyebabnya sendiri. Anemia bisa hilang setelah beberapa saat namun juga dapat terjadi terus-menerus, berkisar dari kekurangan darah ringan hingga berat. Bahkan terkadang anemia bisa menjadi gejala penyakit yang lebih serius.1
Gejala Anemia
Gejala anemia beragam tergantung dari penyebab utama dan tingkat keparahannya. Menariknya, dalam banyak kasus gejala anemia ringan bahkan tidak terasa oleh penderitanya. Namun, ketika memburuk, ciri-ciri anemia akan mulai muncul dan mengganggu kegiatan sehari-hari.1
Terlepas dari jenis dan pemicu utamanya, secara umum penderita anemia akan mengalami beberapa keluhan:1
- Gampang letih.
- Tubuh terasa lemah.
- Nafas tersengal-sengal.
- Kulit pucat atau kekuningan.
- Aritmia.
- Kepala berkunang-kunang.
- Nyeri di dada.
- Tangan dan kaki terasa dingin.
- Nyeri kepala.
Saat anemia mulai memburuk, beberapa gejala lain akan ikut dirasakan seperti:2
- Kuku rapuh.
- Sariawan.
- Kehilangan gairah seksual.
- Peningkatan perdarahan menstruasi.
- Lidah meradang atau sakit.
- Sesak napas saat istirahat atau dengan sedikit aktivitas.
- Sindrom pica.
- Muncul warna biru pada bagian putih mata.
Ada beberapa jenis anemia yang memang bisa diterapi dan dikontrol dengan penanganan yang tepat. Caranya adalah dengan mengubah pola diet atau mengonsumsi suplemen. Tapi kondisi ini tidak boleh diremehkan sebab kadang anemia bisa bersifat letal misalnya karena faktor genetika seperti pada anemia sel sabit dan anemia hemolitik.2
Faktor Risiko Anemia
Kendati siapa saja bisa mengalami kondisi kekurangan darah, namun orang dengan faktor risiko berikut ini memiliki kemungkinan lebih besar mengalami anemia.3,4
- Diet yang tidak mengandung cukup vitamin dan mineral tertentu. Tidak mendapatkan cukup zat besi, vitamin B12, dan folat meningkatkan risiko anemia.
- Masalah dengan usus kecil. Masalah dalam organ pencernaan ini akan mempengaruhi usus kecil menyerap nutrisi dan akhirnya meningkatkan risiko anemia. Contohnya adalah penyakit Crohn dan celiac.
- Menstruasi. Secara umum, memiliki periode menstruasi yang berat dapat menjadi faktor risiko anemia. Menstruasi menyebabkan hilangnya sel darah merah.
- Kehamilan. Tidak mengonsumsi multivitamin dengan kandungan asam folat dan zat besi bisa jadi salah satu faktor risiko anemia pada ibu hamil.
- Kondisi kronis. Menderita penyakit kanker, gagal ginjal, diabetes, atau kondisi kronis lainnya meningkatkan risiko anemia penyakit kronis. Kondisi-kondisi ini dapat menyebabkan terlalu sedikitnya sel darah merah yang ada dalam tubuh.
- Kehilangan darah kronis yang lambat dari tukak lambung menyebabkan anemia defisiensi besi.
- Riwayat keluarga. Memiliki anggota keluarga dengan jenis anemia yang diturunkan dapat meningkatkan risiko anemia herediter seperti anemia sel sabit.
- Faktor lain. Riwayat infeksi tertentu, penyakit darah, dan kondisi autoimun meningkatkan risiko anemia. Minum alkohol terlalu banyak, paparan bahan kimia beracun, dan mengonsumsi obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi pembentukan sel darah merah dan menyebabkan anemia.
- Usia. Orang yang berusia di atas 65 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena anemia.
Komplikasi Anemia
Jika tidak diobati, penyakit kurang darah dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, seperti:1
- Kelelahan parah. Anemia yang parah dapat membuat seseorang tidak mampu melakukan tugas sehari-hari dengan semestinya karena tubuhnya mudah merasa letih.
- Komplikasi kehamilan. Ibu hamil dengan anemia defisiensi folat lebih berisiko mengalami komplikasi selama masa kehamilan, misalnya saja kelahiran prematur.
- Masalah jantung. Anemia dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur, yang disebut aritmia. Anemia membuat jantung bekerja lebih keras sebagai upaya menyuplai oksigen yang kurang akibat Hb rendah. Hal ini dapat menyebabkan gagal jantung.
Pencegahan Anemia
Beberapa jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, dengan mengonsumsi makanan sehat setidaknya kemungkinan mengalami anemia defisiensi zat besi dan defisiensi vitamin dapat diminimalkan. Diet sehat yang dimaksud mencakup:1
- Zat besi. Daging sapi, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau gelap, dan buah kering.
- Folat. Asam folat dapat ditemukan dalam buah-buahan, sayuran berdaun hijau, kacang merah, kacang tanah, dan produk biji-bijian yang terfortifikasi, seperti roti, sereal, pasta, dan nasi.
- Vitamin B-12. Makanan yang kaya vitamin B-12 meliputi daging, produk susu, serta sereal dan produk kedelai yang difortifikasi.
- Vitamin C. Makanan yang kaya vitamin C contohnya buah jeruk dan jusnya, paprika, brokoli, tomat, melon, dan stroberi. Sumber vitamin C penting dikonsumsi karena membantu tubuh menyerap zat besi.
Jika khawatir tidak mendapatkan cukup vitamin dan mineral dari makanan yang dikonsumsi setiap hari, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada dokter mengenai penambahan konsumsi multivitamin. Salam sehat!
Artikel ini ditinjau oleh:
Team Medical Combiphar
Referensi:
- Mayo Clinic. 2023. Anemia. Available at https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/anemia/symptoms-causes/syc-20351360. Retrieved: June 8, 2024.
- Webmd. 2023. Anemia. Available at https://www.webmd.com/a-to-z-guides/understanding-anemia-basics. Retrieved: June 8, 2024.
- Medical News Today. 2024. What to know about anemia. Available at https://www.medicalnewstoday.com/articles/158800. Retrieved: June 8, 2024.
- Mayo Clinic. 2023. Anemia. Available at https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/anemia/symptoms-causes/syc-20351360. Retrieved: June 9, 2024.