Detail

Kenali Dampak Buruk Anemia Pada si Kecil

Penyakit anemia pediatrik terjadi ketika tubuh anak tidak memproduksi cukup sel darah merah. Bayi dan anak-anak dengan gangguan perdarahan, kanker darah, dan kondisi inflamasi tertentu sering mengalami anemia. Anak dengan anemia tidak memiliki cukup sel darah merah. Sel darah merah berfungsi membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, memungkinkan otot dan organ berfungsi dengan baik. Kekurangan sel darah merah dapat menyebabkan si Kecil merasa lemah dan lelah. Beberapa anak mengalami masalah yang lebih serius seperti gangguan irama jantung.1

Anemia pada bayi dan anak tidak boleh diremehkan. Pasalnya, anemia pada buah hati dapat menyebabkan komplikasi antara lain gangguan pertumbuhan dan perkembangan, nyeri dan kebengkakan pada sendi, kegagalan fungsi sumsum tulang dan leukemia.2 Di bawah ini adalah sejumlah informasi mengenai anemia pada anak, gejala hingga penanganannya yang orang tua harus tahu.

Mengenal Anemia Pada Anak

Anemia adalah masalah yang cukup umum pada anak-anak. Bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat saja, sekitar 20% anak-anak didiagnosis menderita anemia. Penyebab utama anemia adalah kehilangan sel darah merah, ketidakmampuan memproduksi sel darah merah dan rusaknya sel darah merah.2

Ada anak-anak dengan kondisi tertentu yang lebih berisiko mengalami anemia, yaitu antara lain:2

  • Anak yang lahir prematur atau lahir dengan berat badan rendah
  • Anak yang hidup dalam kemiskinan
  • Anak yang mengonsumsi susu sapi berlebihan
  • Anak dengan asupan makanan yang kurang zat besi
  • Anak yang dilakukan proses pembedahan atau kehilangan darah
  • Anak yang mengalami sakit berkepanjangan (misal infeksi, penyakit ginjal, penyakit hati).

Jenis Anemia yang Sering Dialami Anak

Ada beberapa jenis anemia yang kerap diderita oleh anak-anak. Berikut ini adalah penjelasannya.1

  • Anemia defisiensi besi adalah jenis anemia yang paling umum. Ini terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan jumlah nutrisi yang cukup, seperti zat besi. Jenis anemia ini juga dapat disebabkan oleh kehilangan darah atau penyerapan zat besi yang buruk.
  • Anemia defisiensi vitamin disebabkan oleh kadar vitamin B12 atau folat yang rendah.
  • Anemia pernisiosa terjadi ketika saluran pencernaan tidak dapat menyerap cukup vitamin B12.
  • Anemia hemolitik terjadi ketika sel darah merah hancur di dalam aliran darah atau limpa (organ yang menyaring darah). Penyakit autoimun, infeksi, dan beberapa kondisi bawaan dapat menyebabkan anemia hemolitik.
  • Anemia sel sabit adalah bentuk anemia hemolitik yang diwariskan. Penderita anemia sel sabit memiliki sel darah berbentuk bulan sabit, bukan cakram bulat. Bentuk yang tidak biasa ini membuat aliran darah terhambat.
  • Anemia aplastik adalah kondisi yang mengancam jiwa yang terjadi ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup sel darah baru. Beberapa penyakit autoimun, infeksi, obat-obatan, dan racun dapat menyebabkan anemia langka ini.
  • Anemia Diamond-Blackfan adalah kondisi bawaan yang mempengaruhi sumsum tulang. Jaringan spons di dalam tulang ini mengandung sel induk yang dapat berkembang menjadi sel darah merah.

Gejala Anemia Pada Anak

Gejala anemia pada buah hati sebenarnya serupa dengan ketika terjadi pada orang dewasa. Hanya saja, seringkali anak-anak kesulitan mengkomunikasikannya pada orang tua sehingga penanganan yang dibutuhkan tidak bisa segera dilakukan.3 Berikut ini adalah sejumlah gejala anemia yang mungkin dialami oleh si Kecil yang mengidapnya.2

  • Sesak napas, atau kesulitan bernapas
  • Kekurangan energi, atau mudah lelah
  • Pusing, atau vertigo, terutama saat berdiri
  • Tidak adanya atau terlambat menstruasi
  • Lidah sakit atau bengkak
  • Penyakit kuning, atau kulit, mata, dan mulut menguning
  • Pembesaran limpa atau hati
  • Pertumbuhan dan perkembangan lambat atau tertunda
  • Penyembuhan luka dan jaringan yang buruk.

Dampak Buruk Anemia Pada Anak

Berikut adalah beberapa contoh dampak buruk anemia yang disebabkan karena kurangnya kadar zat besi dalam tubuh pada si Kecil.

  1. Perkembangan kognitif yang terganggu. Anemia defisiensi zat besi selama masa kanak-kanak dikaitkan dengan fungsi kognitif yang lebih rendah, gangguan memori, dan kesulitan dalam menjaga perhatian. Anak-anak yang kekurangan zat besi juga cenderung memiliki skor IQ yang lebih rendah dan performa yang lebih buruk dalam tes kognitif dibandingkan anak-anak dengan kadar zat besi yang cukup.
  2. Terhambatnya pertumbuhan. Anemia defisiensi zat besi dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat dan pubertas yang tertunda, seperti melambatnya pertumbuhan tinggi badan dan berat badan.
  3. Masalah perilaku dan emosional. Anemia defisiensi zat besi dikaitkan dengan peningkatan risiko masalah perilaku dan emosional, termasuk kecemasan, depresi, dan ADHD.
  4. Penurunan fungsi kekebalan tubuh. Anemia karena kekurangan zat besi dapat mengurangi fungsi kekebalan tubuh, membuat anak-anak lebih rentan terhadap infeksi dibandingkan anak-anak yang memiliki kadar zat besi yang cukup.

Penanganan Anemia Pada Anak

Penanganan anemia pada anak yang tepat bergantung pada penyebab, gejala, usia, kesehatan umum dan tingkat keparahan kondisi si buah hati. Penyedia layanan kesehatan anak mungkin akan merekomendasikan berkonsultasi pada hematologi yang merupakan spesialis dalam menangani gangguan darah. Pengobatan anemia pada anak antara lain:2

  • Vitamin dan mineral (dalam bentuk sediaan drop atau tablet)
  • Mengubah pola makan anak
  • Menghentikan obat yang menyebabkan anemia
  • Transfusi darah
  • Transplantasi sel punca sel yang belum terdiferensiasi, artinya sel ini dapat berubah menjadi sel yang spesifik seperti sel jantung, sel darah, dan sel tulang.
  • Operasi untuk mengangkat limpa (jarang sekali).

Beberapa jenis anemia diwariskan dari keluarga atau orang tua dan tidak dapat dicegah. Kabar baiknya, anemia defisiensi besi yang merupakan bentuk anemia paling umum dapat dicegah dengan memastikan si Kecil mendapatkan cukup zat besi dalam pola makannya. Beberapa caranya adalah dengan memastikan si Kecil mendapatkan cukup zat besi dari ASI, memberikan susu formula yang diperkaya zat besi, menghindari pemberian susu sapi sebelum anak berusia setidaknya 1 tahun, dan pastikan buah hati mendapatkan asupan nutrisi kaya zat besi dari makanannya, seperti kuning telur, daging merah, kentang, tomat, dan kismis.2 Salam sehat!


Artikel ini ditinjau oleh:
Team Medical Combiphar

Referensi:

  1. Children’s Health. Pediatric anemia. Available at https://www.childrens.com/specialties-services/conditions/anemia. Retrieved: September 30, 2024.
  2. Cedars Sinai. Anemia in Children. Available at https://www.cedars-sinai.org/health-library/diseases-and-conditions---pediatrics/a/anemia-in-children.html. Retrieved: September 30, 2024.
  3. Healthline. Understanding Anemia in Kids. Available at https://www.healthline.com/health/anemia/anemia-in-kids. Retrieved: September 30, 2024.
  4. Kemenkes. Saat Remaja Menderita Anemia, Ibu Hamil Berisiko Lahirkan Anak Stunting. Available at https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20210122/5236847/saat-remaja-menderita-anemia-ibu-hamil-berisiko-lahirkan-anak-stunting/. Retrieved: October 2, 2024.
  5. Nurture Childrens Health. The Impact of Iron Deficiency in Childhood. Available at: https://nurturechildrenshealth.com/the-impact-of-iron-deficiency-in-childhood/. Retrieved: October 18, 2024.
Share Pemenuhan Kebutuhan Zat Besi